Info, pilarbangsa.com – Baru-baru ini, produsen HP China Xiaomi menyurat ke New Delhi yang mengatakan bahwa penyuplai komponen smartphone khawatir membuka fasilitas operasional di India karena tekanan dari pemerintah setempat.

Surat tersebut dibocorkan sumber dalam yang mengetahui isu ini. Xiaomi diketahui sebagai produsen HP dengan pangsa pasar terbesar di India, yakni mencapai 18%.

Surat tertanggal 6 Februari 2024 itu berisi permintaan Xiaomi agar India mempertimbangkan insentif manufaktur di negaranya.

Selain itu, Xiaomi juga meminta penurunan tarif impor untuk beberapa komponen smartphone.

Produsen smartphone China mayoritas menggunakan komponen lokal di India. Hanya beberapa komponen yang diimpor dari China dan negara lain.

Surat Xiaomi dikirim menyusul rencana baru Kementerian Teknologi India untuk mengembangkan lebih jauh industri manufaktur komponen perangkat teknologi di negaranya.

Dalam suratnya, Presiden Xiaomi India Muralikrishnan B mengatakan India perlu membangun kepercayaan agar penyuplai komponen merasa aman membuka fasilitas produksi secara lokal.

“Ada kekhawatiran dari penyuplai komponen untuk membuka fasilitas operasional karena banyaknya tantangan yang dihadapi perusahaan India yang berasal dari China,” kata Muralikrishnan.

Xiaomi dan Kementerian Teknologi India tidak merespons permintaan konfirmasi atas isu yang beredar.

Pada Januari lalu, birokrat kebijakan industri India Rajesh Kumar Singh mengindikasikan ada potensi negara kain sari melunak ke investasi China jika sengketa perbatasan kedua negara bisa diselesaikan dengan cara damai.

Kronologi Teknologi China Dipersulit di India
Raksasa teknologi China mendapat gempuran dari beberapa negara. Setelah drama blokir dari Amerika Serikat (AS), posisi China juga tertekan di India.

Sejak 2020 lalu, pemerintah India mulai memperketat pengawasan terhadap bisnis teknologi China.

Sumbunya adalah sengketa perbatasan yang menyebabkan 20 tentara India dan 4 tentara China meninggal.

Masalah geopolitik tersebut akhirnya memengaruhi bisnis China yang beroperasi di India.

Pada tahun lalu, otoritas India menuduh produsen HP China Vivo melanggar aturan visa yang merugikan India senilai US$ 13 miliar.

India juga membekukan aset Xiaomi senilai US$ 600 juta atas dugaan pengiriman uang ilegal ke entitas asing yang berkedok sebagai pembayaran royalti.

Xiaomi dan Vivo membantah tudingan tersebut. Namun, pemerintah India tetap melancarkan kebijakan yang menghambat bisnis teknologi China di negaranya.

Contoh lainnya, sejak 2020 lalu India telah memblokir lebih dari 300 aplikasi buatan China di negaranya. Salah satunya TikTok yang merupakan anak usaha ByteDance.

Selain itu, rencana investasi dari perusahaan China juga terhambat. Beberapa di antaranya berdampak pada produsen mobil listrik BYD dan Great Wall Motor.

Sumber dalam mengatakan banyak eksekutif perusahaan teknologi China yang kesulitan mendapatkan visa untuk masuk ke India.

Perusahaan China juga pelan-pelan mengalami hambatan untuk berinvestasi karena pengawasan ketat dari pemerintah setempat. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *