Info, pilarbangsa.com – Serangan Israel masih terus terjadi di Gaza, Palestina.

Korban Tewas Capai 19.543 Jiwa
Mengutip bank data Al Jazeera, jumlah korban terbaru per hari kemarin, 18 Desember 2023, berjumlah 19.453 jiwa.

Jumlah ini termasuk 7.729 perempuan dan 5.153 anak-anak.

Untuk korban luka, jumlahnya menembus 52.286.

Sementara itu, untuk korban hilang saat ini mencapai 8.000.

Untuk korban dari pihak Israel, jumlah korban tewas mencapai 1.139 jiwa dan korban luka mencapai 8.730 jiwa.

Angka korban Israel tak berubah sesak 7 Oktober.

Rencana Pembangunan Perumahan Yahudi di Gaza

Israel dilaporkan memiliki keinginan menciptakan pemukiman di wilayah itu. Koalisi kelompok pemukim Israel, yang dilaporkan didanai oleh negara, telah berkumpul untuk membahas rencana membangun pemukiman pertama di Gaza.

Harey Zahav, sebuah perusahaan real estat Israel yang terkenal karena membangun permukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki, meluncurkan rencana pembangunan rumah di Gaza.

“Rumah di tepi pantai bukanlah mimpi!,” tulis iklan perusahaan itu dikutip Middle East Monitor.

Pengiriman Bantuan Terganggu

Pengiriman bantuan di Gaza tergangu. Ini akibat pemadaman listrik dan komunikasi yang terus terjadi sejak 7 Oktober.

Bantuan yang masuk ke Gaza tidak dapat didistribusikan kepada lebih dari satu juta orang yang membutuhkan di luar wilayah perbatasan Gaza-Mesir di Rafah.

Menurut operator ini disebabkan oleh kerusakan infrastruktur penting.

“Pemadaman listrik membuat hampir mustahil untuk berkoordinasi dengan mitra dan menghubungi staf untuk membantu mereka menemukan keamanan, bantuan dan layanan penting,” jelas salah satu lembaga bantuan, Save the Children.

PBB Warning Perang Meluas

Kepala Pasukan Sementara PBB di Lebanon, Aroldo Lazaro, memorei peringatan perang Gaza bisa melosa.

Ia menyatakan perbatasan Lebanon dengan Israel dalam situasi yang “berbahaya” dengan terus terjadinya baku tembak antara Hizbullah dan Tel Aviv.

“Situasinya sekarang, seperti yang diketahui semua orang, sangat tegang. Ini sulit dan berbahaya,” kata Lazaro kepada wartawan.

“Kami mencoba untuk melanjutkan peran penghubung dan koordinasi kami untuk menghindari kesalahan perhitungan, salah tafsir yang dapat menjadi pemicu eskalasi,” tambahnya.

Lebih dari 130 orang tewas dalam permusuhan di pihak Lebanon. Di pihak Israel, empat warga sipil dan tujuh tentara tewas.

Sebelumnya, The Times dan Newsweek melaporkan rencana serangan Israel ke Lebanon Senin. Ini mengutip juru bicara IDF Jonathan Conricus.

“IDF telah memutuskan bahwa mereka tidak dapat menerima ancaman yang ditimbulkan oleh Hizbullah dan telah mengembangkan rencana untuk menyerang Lebanon selatan untuk mendorong kelompok militan tersebut ke utara hingga Sungai Litani,” menurut The Times, dikutip Selasa.

“Israel khawatir Hizbullah berpotensi melancarkan serangan seperti tanggal 7 Oktober di utara Israel. Oleh karena itu, doktrin Israel adalah membawa perang ke pihak lain,” tambah media tersebut lagi.

“IDF telah menyetujui rencana dan menetapkan jadwal kesiapan,” katanya mengutip Conricus.

Mengutip Newsweek, Cornicus mengatakan kepada wartawan bahwa meskipun ada “jendela peluang untuk perdamaian” pasukan Israel “siap” untuk menjaga keamanan warga Israel.

Ia pun mengindikasikan serangan pada ancaman Hizbullah.

“Sama seperti kita sekarang membongkar Hamas di Gaza dan berupaya memastikan bahwa tidak akan ada ancaman militer terhadap warga Israel yang tinggal di Israel selatan, kita juga akan melakukan hal yang sama jika diperlukan terhadap Hizbullah,” katanya di media tersebut.

Biden Diminta Tekan Israel

Beberapa anggota DPR Amerika Serikat (AS) meminta Presiden Joe Biden untuk menekan Israel agar mengubah taktiknya di Jalur Gaza.

Diketahui, saat ini serangan Israel ke wilayah itu telah menewaskan hingga hampir 20 ribu warga sipil.

“Meningkatnya angka kematian warga sipil dan krisis kemanusiaan tidak dapat diterima dan tidak sejalan dengan kepentingan Amerika; mereka juga tidak memajukan alasan keamanan bagi sekutu kami, Israel,” tulis para legislator.

Penandatangan surat tersebut termasuk para pendukung setia Israel dari sayap tengah Partai Demokrat, termasuk anggota Kongres Abigail Spanberger.

Ia menyoroti ketidakpuasan yang meluas terhadap upaya perang Israel di kalangan Partai Demokrat.

Selama beberapa hari terakhir, pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada media bahwa pemerintahan Biden berusaha membuat Israel mengubah strateginya di Gaza.

Hal itu di tengah protes global dan tekanan domestik terhadap presiden AS menjelang pemilu 2024.

Namun secara terbuka, para pejabat senior AS terus mengatakan bahwa pemerintah tidak akan memberitahu Israel bagaimana melakukan serangan militernya.

Bahkan menekankan bahwa dukungan AS terhadap negara tersebut sangat kuat.

AS Bentuk Koalisi Perangi Houthi
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah mengumumkan pembentukan koalisi memerangi milisi Houthi di Laut Merah.

Koalisi itu terdiri dari 10 negara yakni AS, Inggris, Perancis, Italia, Bahrain, Kanada, Belanda, Norwegia, Seychelles, dan Spanyol.

“Negara-negara yang berupaya menjunjung prinsip dasar kebebasan navigasi harus bersatu untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh aktor non-negara ini,” kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP, Selasa.

“Koalisi keamanan, akan beroperasi dengan tujuan memastikan kebebasan navigasi bagi semua negara dan memperkuat keamanan dan kemakmuran regional,” tambahnya.

Serangan Houthi memang telah meningkatkan sejak Oktober, sering meletusnya perang Israel ke Hamas di Gaza.

Kelompok itu menyerang kapal tanker, kapal kargo dan kapal lainnya di Laut Merah, yang bisa membahayakan rute transit yang membawa hingga 12% perdagangan global.

Huthi mengatakan serangan sebagai solidaritas terhadap Gaza. Terbaru kapal Swan Atlantic milik Norwegia dan kapal lain yang diidentifikasi oleh Houthi sebagai MSC Clara mendapat serangan rudal kelompok ini.

“Telah melakukan operasi militer terhadap dua kapal yang terkait dengan entitas Zionis dengan menggunakan drone angkatan laut,” kata pejabat Houthi.

“Bersumpah terus mencegah semua kapal yang menuju ke pelabuhan Israel… berlayar di Laut Arab dan Laut Merah sampai lebih banyak makanan dan obat-obatan diizinkan masuk ke Gaza,” tambahnya.

Meski begitu, pemilik Swan Atlantic, Inventor Chemical Tankers dari Norwegia, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kapal tersebut membawa bahan baku biofuel dari Perancis ke Pulau Reunion.

Inventor Chemical Tankers menegaskan tak ada kaitan dengan Israel dan dikelola oleh sebuah perusahaan Singapura.

Sabtu, AS diketahui menembak jatuh 14 drone di Laut Merah yang diluncurkan Houthi. Inggris mengatakan salah satu kapal perusaknya juga telah menjatuhkan drone yang diduga menyerang di wilayah tersebut.

“Kiamat” Baru

Perang Gaza kini membuat ancaman “kiamat” baru di dunia. Hal ini terkait perdagangan dan rantai pasokan global.

Serangan rudal dan drone kelompok milisi di Yaman, Houthi, ke kapal-kapal yang menyeberang di Laut Merah membuat beberapa perusahaan pelayaran besar menghentikan perjalanan dan layanan di kawasan itu.

Houthi telah menyerang lebih dari selusin kapal sejak dimulainya perang Israel-Hamas.

Ujung-ujungnya ini akan membuat kenaikan harga untuk pengiriman barang dan bahan bakar.

Kapal harus memutar lebih jauh untuk mencapai tujuan.

“MSC, Maersk, Hapag Lloyd, CMA CGM, Yang Ming Marine Transport dan Evergreen semuanya mengatakan bahwa mereka akan segera mengalihkan semua perjalanan yang dijadwalkan untuk menjamin keselamatan pelaut dan kapal mereka. Secara kolektif, kapal-kapal laut ini mewakili sekitar 60% perdagangan global,” tulis CNBC International dalam laporannya, dikutip Selasa.

“Evergreen juga mengatakan untuk sementara waktu akan berhenti menerima kargo tujuan Israel, dan menangguhkan layanan pengirimannya ke Israel. Orient Overseas Container Line (OOCL), yang merupakan bagian dari COSCO Shipping Group milik China, juga berhenti menerima kargo Israel, dengan alasan masalah operasional,” tambah laporan lagi.

Terbaru, ini pun mempengaruhi minyak global. Raksasa minyak BP mengatakan pihaknya juga akan menghentikan aktivitas pelayaran di Laut Merah.

“Keselamatan dan keamanan karyawan kami dan mereka yang bekerja atas nama kami adalah prioritas BP. Mengingat memburuknya situasi keamanan pengiriman di Laut Merah, BP memutuskan untuk menghentikan sementara semua transit melalui Laut Merah,” kata perusahaan Senin.

“Kami akan terus meninjau jeda pencegahan ini, tergantung pada keadaan yang berkembang di wilayah ini,” tambahnya.

Bukan hanya BP, ini juga dilakukan kelompok kapal tanker minyak lain.

Frontline juga menyebut akan menghindari Laut Merah.

Houthi sendiri menyerang Laut Merah sebagai bentuk protes serangan Israel ke Gaza melawan Hamas.

Houthi mengatakan akan menghalau semua kapal ke Israel hongra Negeri Zionis menghentikan serangannya di Gaza.

Mengutip laman yang sama, sebenarnya biaya menjadi lebih mahal karena perusahaan-perusahaan besar menghindari Terusan Suez, yang mengalir ke Laut Merah.

Kapal-kapal memilih berkeliling Afrika untuk sampai ke Samudera Hindia.

Hal ini akan menambah waktu hingga 14 hari pada rute pengiriman, sehingga menimbulkan biaya bahan bakar yang lebih tinggi.

Dan karena kapal membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai ke tujuannya, solusi ini menimbulkan persepsi “kekurangan kapasitas kapal” di mana keterlambatan pengiriman kontainer dan komoditas tidak bisa dihindari.

“Pengiriman kontainer mewakili hampir sepertiga dari seluruh pengiriman global, dengan perkiraan nilai barang yang diangkut mencapai $1 triliun,” kata wakil presiden eksekutif logistik laut di Kuehne+Nagel, Michael Aldwell.

“Sekitar 19.000 kapal berlayar melalui Terusan Suez setiap tahunnya,” tambahnya.

“Perpanjangan waktu yang dihabiskan di perairan diperkirakan akan menyerap 20% kapasitas armada global, sehingga berpotensi menyebabkan tertundanya ketersediaan sumber daya pelayaran.”

Belum lagi, ujarnya lagi, jika terjadi penundaan dalam pengembalian kontainer kosong ke Asia.

Ini hanya akan menambah kesengsaraan rantai pasokan.

“Situasi ini, jika terjadi lebih dari beberapa hari, akan berdampak positif terhadap kredit baik bagi industri pelayaran peti kemas maupun pasar kapal tanker dan curah kering,” kata pengamat lain, pejabat kredit senior di Moody’s, Daniel Harlid.

“Tetapi hal ini juga meningkatkan risiko gangguan lebih lanjut pada rantai pasokan,” tambahnya.

Respons Baru Hamas ke Israel
Hamas memberi syarat ke Israel terrait kemungkinan perang disetop.

Perwakilan Hamas yang berbasis di Lebanon, mengatakan diskusi mengenai kesepakatan pertukaran sandera-tahanan lainnya dengan Tel Aviv tidak mungkin dilakukan sampai tentara Israel menarik diri dari Jalur Gaza dan menerapkan gencatan senjata permanen.

Mengatakan kepada Al Jazeera, Khalil Al Haye, menegaskan bahwa mereka akan melanjutkan perlawanan terhadap Israel di daerah kantong yang terkepung.

Ia menekankan perlunya gencatan senjata yang komprehensif dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza sebelum mengatasi masalah sandera.

“Rakyat kami tidak akan pernah mengibarkan bendera penyerahan; mereka akan tetap berada di tanah mereka dan mendukung perlawanan,” katanya.

Al Haye menekankan bahwa Gaza, Tepi Barat, dan seluruh Palestina adalah satu. Di mana hanya rakyat yang akan menentukan pemerintahannya.

“Masa depan Gaza terkait dengan masa depan Yerusalem dan seluruh Palestina, dan kami adalah bagian dari rakyat kami,” katanya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *