Pekanbaru, pilarbangsa.com – Perkumpulan Jejaring Hutan Satwa (PJHS) melaksanakan workshop penyusunan rencana strategi konservasi spesies pada Kamis, 31 Agustus 2023.

Dalam workshop tersebut membicarakan pentingnya konservasi spesies satwa di tiga wilayah landskap, diantaranya yakni daerah Pulau Padang Kepulauan Meranti, Semenanjung Kampar, dan Tesso Nilo Riau.

Ketua Perkumpulan Jejaring Hutan Satwa, Syamsuardi mengatakan untuk di tiga landskap terdapat spesies satwa berbeda, Tessa Nilo membicarakan tentang satwa gajah, Semenanjung Kampar terdapat satwa Harimau, dan di Pulau Padang spesies satwa Trenggiling.

“Kita melakukan pertemuan selama 2 hari ini dengan menyusun rencana strategi pengelolaan satwa liar di tiga wilayah landskap. Kita akan menyusun upaya konservasi satwa dengan berbagai isu di landskap tersebut, diantaranya isu konflik, isu habitat dan isu populasi. Inilah yang akan kita bahas bersama stakeholder terkait untuk mengharapkan masukkan dan ide-ide yang lebih baik kedepannya,” ujar Syamsuardi.

Ia menyebutkan juga sebelum kegiatan workshop ini, PJHS telah melakukan beberapa riset dan kajian langsung di tiga wilayah landskap tersebut.

“Kita telah dengan melakukan survei great ke tiga landskap dan mengelar Fokus Group Diskusi bersama tokoh-tokoh setempat, dan menginterview terhadap stakeholder-stakeholder yang ada disana, mulai dari pemerintah daerah, Kementerian, NJO dan masyarakat yang ada. Maka dari itulah kita membuat beberapa strategi plan yang kita bahas hari ini,” jelasnya.

“Kita berharap ini tidak saja pada tahap dokumen, tapi bisa diimplementasikan langsung. Dan ini perlu secara bersama-sama kita bahas,” imbuhnya.

Dalam penjelasannya, tiga wilayah landskap tersebut memiliki isu yang berbeda-beda, misalnya di Tesso Nilo terjadi tingginya penurunan populasi gajah, akibat konflik dengan manusia.

Begitu juga menurutnya di wilayah Pulau Padang dan Semenanjung Kampar dengan permasalahan yang sama yakni konflik satwa Trenggiling dan Harimau dengan manusia.

“Disini kita lihat terjadi penurunan tingkat kearifan masyarakat peduli terhadap satwa khususnya yang dilindungi. Maka kita berupaya untuk mengembalikan pelestarian satwa ini kepada masyarakat semua melalui kegiatan workshop ini,” sebutnya.

“Upaya kita tersebut kedepannya akan memberikan penyadaran kepada masyarakat terkait satwa yang dilindungi ini. Dan kita berharap kepada pemerintah dapat lebih aktif memperhatikan kondisi konservasi spesies khususnya di tiga landskap yang kita teliti ini, karena hal ini tidak terlepas dari dukungan pemerintah,” tutup Syamsuardi.

Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan sangat menyambut baik kegiatan workshop konservasi spesies satwa yang ditaja oleh PJHS selama dua hari kedepan.

Ir. Setyo Widodo selaku Sekretaris Dinas LHK Riau dalam sambutannya menyebutkan bahwa Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang menyimpan kekayaan keragaman hayati yang merupakan aset regional, nasional dan global yang upaya penyelamatannya memerlukan kerjasama berbagai pihak.

“Kegiatan ini sangat berguna bagi kita semua, disini kita bisa mendapatkan gambaran mengenai spesies-spesies penting yang dimasa kini maupun di masa datang dapat diselamatkan dalam kondisi yang terkini di provinsi Riau,” ujar Setyo.

Menurutnya, Pemerintah Riau memandang bahwa Flora dan Fauna menjadi penting untuk dilindungi di Riau terutama jenis-jenis tumbuhan yang dilindungi seperti Bunga Bangkai, Pohon Sialang untuk madu hutan, Pohon Ramin, Pohon Bulian/Ulin dan Fauna yang juga dilindungi seperti Gajah, Harimau, Trenggiling, Buaya, dan spesies lainnya.

“Kami memandang bahwa inisiasi ini sangat baik bagi Provinsi Riau karena mencakup apa yang menjadi strategi dalam perlindungan keanekaregaman hayati, salah satunya melalui Riau Hijau dan rencana penerapan Inpres No.1 tahun 2023. Dimana Provinsi diharapkan andil dalam perlindungan keanekaragaman hayati,” tutup Sekdis LHK Riau.

Kegiatan dilanjutkan dengan mendengarkan paparan materi dari Nyoman Iswarayoga, Head of Corporate Communication Restoration Ecosystem Riau, Ujang Holisudin, Kabid Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau (BBKSDA Riau), dan Rizki Rahmawati dari Bappeda Riau. *(mrz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *