Bukittinggi, PilarbangsaNews.com,–
Bakri Maulana dalam sebuah polling berada pada posisi ke 2. Mantan Bupati Pessel Hendrajoni berada pada posisi ke 3. Sedangkan incumbent Bupati Rusma Yul Anwar diurutan ke 5.

Poling itu mulai di publish oleh inisiatornyo lewat akun Facebook atas nama Dede Tan Bandaro, sekitar awal Februari 2023.

Pemirsa pada poling itu tentu sekitar teman Facebook dari Dede Tan Bandaro saja.

Hasil Poling jelas tidak bisa dijadikan acuan apalagi barometer untuk mengatur strategi bagi mereka yang berminat mencalonkan diri untuk ikut dalam kompetisi pemilihan Bupati/wakil bupati Pesisir Selatan tahun 2024 yang akan datang .

Namun sekedar bahan bacaan untuk pengiring minum kopi pagi, elok juga lah rupanya.

Dari 382 suara yang ikut berpartisipasi pada poling tersebut, suara terbanyak diraih atas nama Nakenda.

Nakenda mengumpulkan suara dengan total 125 suara. Bakri Maulana 124 suara. Hendrajoni 59, Bakhtiar Efendi 30 suara dan Rusma Yul Anwar hanya berhasil mengumpulkan 26 suara. Kemudian menyusul nama Wabup Rudi Heriansyah 12 suara dan terakhir Martius 9 suara.

Siapa Nakenda? Dia berasal dari Anakan Nagari Koto Nan Duo IV Koto Hilie Batang Kapas, tercatat sebagai salah seorang alumni Unand Padang.

Kini Nakenda merantau di Jakarta. Berprofesi sebagai seorang pengusaha golongan kecil dan menengah dan berupaya keras mengembangkan usahanya sebagai seorang intrepreniur.

Belum diketahui secara pasti kenapa Nakenda bisa masuk dalam poling ini.

Yang jelas ayah dari 2 orang putranya ini lahir di Anakan/Batang Kapas pada tanggal 20 Juli 1989 punya istri berasal dari Indopuro.

Usianya yang masih 34 tahun bisa mewakili kaum melenial dalam kontestasi Pilkada Pesisir Selatan namun belum tentu bisa ludes maraup suara kaum melenial .

Dalam organisasi Kenda begitu dia akrab bila disapa adalah Pengurus Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Pertanian Universitas Andalas (IKA FPUA) Jabodetabek 2022 – 2026.

Dia adalah Founding officer PT. Bank Sinarmas. Tahun 2015 dan pernah bergabung pada Front Office Support. PT. Telkomsel. Tbk, Tahun 2014 dan sederetan jabatan lainnya.

TETANGGAAN BM

Kenda ini tetanggaan dari BM ( Bakri Maulana). Mereka sama sama berasal dari Kampung (desa) Anakan namun usia mereka terpaut jauh BM 60 tahun sedang Kenda baru 34 tahun.

Siapa diantara 2 orang ini nanti bakal mundur dalam pencalonon bupati atau wakil bupati Pesisir Selatan?

Belum bisa diprediksikan meskipun kini sudah ada polling yang mengawali sebagai deteksi dini sejauh mana peluang itu untuk maju sebagai calon bupati/wakil bupati nantinya.

Karena ada 2 calon dari Desa Anakan, bisa jadi Kenda mengundurkan diri untuk memberikan kesempatan maju kepada seniornya pak BM.

Terus apakah bisa suara yang memilih Kenda diarahkan kepada BM?

Tidak ada yang bisa memastikan suara Kenda akan bermigrasi ke BM.

Bisa saja separuhnya ke BM atau mendukung calon lainnya, HJ ataupun RA atau BE jika mereka nanti sebagai calon tentunya.

Tapi dengan adanya poling ini kita mendapat sedikit gambaran bahwa telah terjadi rotasi dan migrasi dukungan.

SUARA RA MENYUSUT DRATIS

Kalau pada Pilkada Bupati/wakil bupati tahun 2019 di Batang Kapas mayoritas suara dimenangkan oleh RA. Berpedoman dari hasil polling yang diinisiasi oleh Dede Tan Bandaro ini Suara RA di Batang Kapas menyusut drastis.

Ada beberapa hal yang membuat suara RA turun di Batang Kapas, pertama RA dikenal sebagai bupati yang tidak memihak kepada perangkat nagari dan ASN.

Para ASN di Pesisir Selatan mengeluh karena Tunjungan daerah yang mereka terima setiap bulannya turun selama Bupati Pesisir Selatan dijabat RA.

Kemudian RA kurang peduli dengan program peningkatan ekonomi masyarakat petani di IV Koto Hilie, buktinya irigasi Batang Jalamu dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya kongkrit yang dilakukan Rusma Yul Anwar untuk mencarikan solusi agar Irigasi tersebut dapat berfungsi untuk mengairi lahan pertanian masyarakat di Nagari IV Koto Hilie.

Masyakarat IV Koto Mudiak pun sudah berhiba hati pula pada RA yang tak kunjung memperbaiki jalan raya ke nagari mereka.

Ada 4 Nagari di Mudiak Batang Kapas yang agak kecewa dengan sikap RA yang lebih mementingkan jalan ke Bukit Kabun Taranak lokasi RSUD Painan yang mangkrak itu.

Jalan ke puncak Bukit Taranak itu dibangun untuk menunjukkan kesiapan Pemkab Pesisir Selatan untuk melanjutkan pembangunan RSUD yang terbengkalai. Begitu alasannya tapi sebenarnya bukan itu, diduga hanya sekedar melepaskan “kabek” agar kasusnya tidak berlarut larut menjadi bahan penyidikan Kejati Sumbar. (***)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *