Info, pilarbangsa.com – Laporan PBB tentang krisis pangan yang dirilis pada Rabu 24 April 2024 hampir 282 juta orang di 59 negara menderita kelaparan akut pada 2023.

Sedangkan Gaza yang dilanda perang menjadi yang terburuk. Atau wilayah di Jalur Gaza menghadapi kelaparan akut yang paling buruk.

Dari laporan PBB itu, 24 juta orang menghadapi kekurangan pangan akut dibandingkan tahun 2022, karena memburuknya ketahanan pangan, terutama di Jalur Gaza dan Sudan.

Jumlah negara yang mengalami krisis pangan yang dipantau juga telah bertambah.

Máximo Torero, kepala ekonom Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, mengatakan 705.000 orang di lima negara berada pada Fase 5, tingkat tertinggi, pada skala kelaparan yang ditentukan oleh para ahli internasional.

Menjadi jumlah tertinggi sejak laporan global ini dimulai pada 2016 dan empat kali lipat jumlahnya pada tahun itu.

Sebagaimana diberitakan ABC News pada Kamis 25 April 2024 lebih dari 80 persen mereka yang menghadapi kelaparan yakni 577.000 orang berada di Gaza.

“Sudan Selatan, Burkina Faso, Somalia dan Mali masing-masing menampung ribuan orang yang juga menghadapi bencana kelaparan,” kata dia.

Menurut perkiraan masa depan laporan tersebut, sekitar 1,1 juta orang di Gaza, tempat perang Israel-Hamas kini memasuki bulan ketujuh.

Sedangkan 79.000 orang di Sudan Selatan diproyeksikan berada di Fase 5 dan menghadapi kelaparan pada bulan Juli nanti.

Dikatakan bahwa konflik juga akan terus mendorong kerawanan pangan di Haiti, di mana geng-geng menguasai sebagian besar ibu kota.

Selain itu, meskipun fenomena El Nino mencapai puncaknya pada awal 2024, dampak penuhnya terhadap ketahanan pangan termasuk banjir dan curah hujan yang buruk di beberapa bagian Afrika timur dan kekeringan di Afrika bagian selatan, khususnya Malawi, Zambia, dan Zimbabwe akan terlihat sepanjang tahun.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut laporan tersebut sebagai serangkaian kegagalan manusia dan bahwa di dunia yang penuh dengan kemakmuran, masih ada anak-anak yang mati kelaparan.

“Konflik yang terjadi selama 12 bulan terakhir menambah situasi global yang mengerikan,” tulisnya dalam kata pengantar laporan tersebut.

Guterres menyoroti konflik di Jalur Gaza, karena wilayah tersebut merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak yang menghadapi bencana kelaparan.

Ada juga konflik yang sudah berlangsung selama setahun di Sudan, yang telah menciptakan krisis pengungsi internal terbesar di dunia dengan dampak buruk terhadap kelaparan dan gizi.

Menurut Arif Husain, kepala ekonom Program Pangan Dunia PBB, setiap tahun sejak 2016, jumlah orang yang mengalami kerawanan pangan akut telah meningkat, dan jumlahnya kini meningkat dua kali lipat dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.

Meskipun laporan tersebut mencakup 59 negara, ia mengatakan targetnya adalah mendapatkan data dari 73 negara di mana terdapat penduduk yang sangat rawan pangan.

Diketahui, laporan ini merupakan publikasi utama Jaringan Informasi Ketahanan Pangan dan didasarkan pada kolaborasi 16 mitra termasuk badan-badan PBB, badan-badan regional dan multinasional, Uni Eropa, Badan Pembangunan Internasional AS, organisasi teknis dan lain-lain.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *