Info, pilarbangsa.com – Jerman mungkin mendekati batas kemampuan finansialnya untuk memberikan bantuan pertahanan ke Ukraina.

Hal ini dilaporkan oleh surat kabar ternama Negeri Rhein itu, Der Tagesspiegel, dikutip Jumat (24/11/2023).

Pemberitaan muncul persis setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan keprihatinannya bahwa kurangnya kemajuan militernya, mungkin telah mengurangi kesediaan para pendukung Kyiv untuk lebih mendukung negerinya.

Diketahui Ukraina sendiri, kini masih berperang dengen tetangga dekatnya Rusia.

Juga dilaporkan semakin meningkat di seluruh Eropa karena konflik Kyiv dan Moskow yang seakan tak berujung.

Perlu diketahui, lebih dari satu setengah tahun perang terjadi dan belum ada perdamaian antara sesama Uni Soviet itu.

Dalam laporannya Der Tagesspiegel mengatakan, meskipun Berlin mengumumkan paket bantuan militer baru senilai 1,3 miliar euro (Rp 22 triliun) kepada Kyiv, masih ada tanda tanya yang menghantui yakni kemampuan Jerman untuk memenuhi janjinya. Apalagi menyediakan lebih banyak senjata.

Outlet media tersebut menunjukkan bahwa Jumat pekan lalu komite anggaran Bundestag menunda keputusan mengenai rancangan anggaran 2024.

Pemerintahan Kanselir Olaf Scholz berada dalam kesulitan setelah pengadilan melarang pemerintah menggunakan kembali 60 miliar euro (Rp 1.022 triliun) dana sisa pandemi Covid-19 yang belum terpakai.

“Jika bantuan Ukraina juga dikurangi menjadi bagian dari penghematan secara umum, hal itu akan menimbulkan konsekuensi bencana,” kata salah satu pembuat kebijakan fiskal dari Partai Persatuan Demokratik Kristen, Ingo Gaedechens.

“Kecuali ada peningkatan alokasi bantuan militer kepada Ukraina saat ini, di tahun mendatang Jerman tidak akan dapat mengirim bantuan lebih lanjut ke Ukraina, atau melanjutkan penggantian sistem persenjataan yang diperlukan,” tambahnya.

Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan Fox News Zelensky mengamati bahwa serangan balasan Kyiv pada musim panas belum membawa dampak signifikan.

Menurutnya, ini akan mengecewakan negara Barat yang menyokong negara itu.

Perlu diketahui, perang besar antara Rusia dan Ukraina dimulai sejak 24 Februari 2022 lalu.

Presiden Rusia Vladimir Putin beralasan bahwa serangan didasarkan pada niatan Kyiv untuk bergabung dengan aliansi militer Barat pimpinan AS, NATO, yang notabenenya merupakan rival dari Moskow.

Selain itu, Putin berniat untuk mengambil wilayah Donetsk dan Luhansk yang sebelumnya dikendalikan Ukraina.

Ini untuk membebaskan masyarakat etnis Rusia yang disebutnya mengalami persekusi dari kelompok ultra nasionalis Ukraina.

Ini akhirnya membuat Rusia dikucilkan oleh Barat dan sekutunya.

Diketahui, ribuan sanksi ekonomi dijatuhkan blok itu kepada Moskow.

Sejauh ini belum ada tanda-tanda perdamaian.

Zelensky mengatakan perundingan tidak akan dimulai kembali bila pasukan Rusia tidak keluar dari 18% wilayahnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *