Info, pilarbangsa.com – Jalan Asia Afrika di Bandung bukanlah jalan biasa; ia adalah lorong waktu yang mengajak kita menelusuri sejarah, budaya, dan semangat perjuangan negara-negara Asia dan Afrika.

Jalan ini menjadi saksi bisu peristiwa penting Konferensi Asia Afrika tahun 1955, yang merupakan tonggak dalam gerakan anti-kolonialisme dan solidaritas antarnegara berkembang.

Sebelum menjadi ikon kota Bandung yang kita kenal sekarang, Jalan Asia Afrika memiliki sejarah panjang dan berliku.

Pada masa penjajahan Belanda, jalan ini disebut “De Groote Postweg,” dan merupakan bagian dari jalur pos yang menghubungkan Anyer ke Panarukan.

Pembangunan jalan ini memakan banyak korban jiwa dari kalangan pribumi, sehingga menjadi monumen kelam dan pengingat akan perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan.

Nama Jalan Asia Afrika diresmikan pada tahun 1955, bertepatan dengan penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika.

Peristiwa bersejarah ini dihadiri oleh 29 negara dari Asia dan Afrika, bertujuan mempererat solidaritas dan kerjasama antarnegara berkembang dalam melawan kolonialisme dan imperialisme.

Konferensi ini juga melahirkan Dasasila Bandung, yang menjadi panduan bagi hubungan internasional dan perdamaian dunia.

Selain nilai sejarahnya, Jalan Asia Afrika juga menawarkan keindahan arsitektur kolonial yang memukau.

Bangunan-bangunan megah seperti Gedung Merdeka, Museum Konferensi Asia Afrika, dan Hotel Savoy Homann berdiri kokoh di sepanjang jalan, menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu.

Gedung Merdeka, tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika, kini menjadi museum yang menyimpan berbagai koleksi terkait peristiwa tersebut.

Pengunjung dapat melihat foto-foto, dokumen, dan artefak yang menggambarkan semangat perjuangan bangsa-bangsa Asia Afrika dalam mencapai kemerdekaan dan keadilan.

Pada 6-7 Juli 2024, Jalan Asia Afrika akan kembali menjadi pusat perhatian dengan digelarnya Festival Asia Afrika.

Bertajuk Asia Africa Corner 2024, festival ini dirancang sebagai perayaan bagi warga Bandung, serta masyarakat Asia dan Afrika.

Pembukaan festival akan dilakukan pada Sabtu, 6 Juli 2024, dengan acara seperti Cultural Dance dan penampilan Asia Africa Corner Main Artist.

Pada hari kedua, Minggu, 7 Juli 2024, festival akan semakin meriah dengan penampilan komunitas lokal, seni, dan berbagai kegiatan lainnya menjelang penutupan.

Selain itu, akan ada pameran yang menampilkan 40 tenant UKM dari 17 subsektor ekonomi kreatif yang dikurasi oleh Disbudpar Kota Bandung dan Tokopedia.

Ada juga 20 kategori festival termasuk 10 kategori kecantikan dan FNB yang akan digelar di Jalan Braga Pendek.

Festival ini melibatkan peserta dari berbagai daerah di Indonesia seperti Kabupaten Kutai Kartanegara, Kota Palangkaraya, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, dan Kota Semarang.

Utusan asing dari Zimbabwe, Bangladesh, Afrika Selatan, Kenya, Papua Nugini, Ethiopia, Myanmar, Yordania, Kuwait, Sri Lanka, Yaman, Mozambik, India, Jepang, Pakistan, Aljazair, Malaysia, Uni Emirat Arab, Singapura, Filipina, Iran, Sudan, Tanzania, dan Irak juga akan hadir.

Penjabat Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono, menekankan pentingnya kerjasama antar OPD dan aparat kewilayahan untuk memastikan persiapan festival berjalan lancar. Semua persiapan diharapkan selesai pada 3 Juli 2024.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Festival Asia Afrika 2024, Anda dapat mengikuti halaman Instagram @disbudpar.bdg dan @humas_bandung. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *